Ledakan Awal yang Bikin Penonton Tegang: Gabe Vincent Senang Karena Bisa Bersinar di Pramusim
Vincent tak butuh waktu lama untuk nyala di pramusim. Hanya dalam empat menit pertama lawan Mavericks, ia sudah tabrak 18 poin dengan lima dari enam tembakan tiga angka tepat sasaran—performa yang bikin Luka Doncic, bintang lawan, angkat jempol dari bangku cadangan. Total malam itu, ia selesaikan 22 poin, tambah tiga assist, dan cuma satu turnover, efisiensi yang jarang ia capai di musim reguler sebelumnya. Ini bukan kebetulan; Vincent manfaatkan peran starter yang Redick beri untuk tes rotasi, di mana ia jadi pengatur tempo utama di samping LeBron James yang istirahat. “Saya cuma fokus passing dan tembakan terbuka, tanpa overthink,” katanya sambil tersenyum lebar, rasanya seperti beban setahun terakhir lepas sekaligus.
Performa ini langsung viral di media sosial, dengan klip highlight dapat jutaan view dalam 24 jam—bukti betapa fans Lakers haus akan kontribusi dari bench yang dulu jadi andalannya. Di laga pramusim sebelumnya lawan Warriors, ia sudah beri 15 poin dan delapan assist, tunjukkan konsistensi yang hilang sejak pindah dari Miami ke Lakers dua tahun lalu. Vincent senang karena ini bukti ia bisa adaptasi dengan gaya Redick yang tekankan shooting jarak jauh—ia capai 60 persen akurasi tiga angka di dua laga pramusim, naik dari 28 persen musim lalu. Momen seperti ini bikin ia merasa “hidup lagi di lapangan”, terutama setelah bulan-bulan panjang rehab yang bikin ia ragu masa depan.
Comeback dari Cedera yang Panjang dan Melelahkan: Gabe Vincent Senang Karena Bisa Bersinar di Pramusim
Di balik senyum Vincent ada cerita perjuangan panjang. Cedera bahu kiri pada November 2023 bikin ia absen hampir seluruh musim perdananya di Lakers, diikuti masalah lutut yang tambah absen 50 laga musim 2024/2025. “Saya pikir karier saya mentok, tapi pramusim ini seperti reset button,” ungkapnya dalam obrolan santai dengan rekan tim. Kini, dengan program rehab intensif yang libatkan terapi air dan latihan kekuatan khusus, ia kembali tanpa rasa sakit—dokter tim konfirmasi bahu dan lututnya stabil 100 persen.
Ini spesial karena Vincent dulu jadi pahlawan di final NBA 2020 dengan Miami, cetak 14 poin krusial lawan Lakers ironisnya. Pindah ke LA dengan harapan besar, cedera malah bikin ia jadi “pemain bayangan”. Tapi pramusim 2025 ubah itu: di laga lawan Mavericks, ia main 25 menit tanpa keluhan, lari 10 kilometer dengan intensitas tinggi—data yang bikin staf medis puas. Vincent senang karena ini tak cuma soal poin, tapi rasa percaya diri yang kembali: “Saya bisa defend Luka satu lawan satu tanpa takut jatuh lagi.” Comeback ini inspirasi bagi rekan seperti Austin Reaves, yang bilang Vincent “contoh sempurna buat kami yang lagi down”.
Dampak untuk Tim dan Visi Musim Depan Lakers
Vincent tak cuma bersinar sendirian; kontribusinya angkat seluruh skuad Lakers di pramusim. Dengan LeBron dan Anthony Davis istirahat, ia pimpin second unit dengan passing tajam—tiga assist lawan Mavericks ciptakan peluang mudah buat Max Christie dan Dalton Knecht, rookie yang lagi panas. Redick sebut Vincent sebagai “glue guy” yang bikin rotasi lancar, terutama di tengah absen D’Angelo Russell yang dirumorkan trade. Di dua laga pramusim, Lakers kalah tapi tunjukkan fighting spirit, dan Vincent jadi katalisator—tim naik 20 persen efisiensi offense saat ia di lapangan.
Ia senang karena ini selaras visi Redick: bangun tim seimbang tanpa bergantung superstar. “Saya mau bukti bisa main 30 menit reguler, bukan cuma spot-up shooter,” katanya, targetkan 12 poin dan lima assist per laga. Dampaknya luas: fans Lakers yang dulu kritik transfernya kini ramai dukung, dengan jersey Vincent naik penjualan 150 persen di toko resmi. Pramusim ini juga bantu ia bangun chemistry dengan Knecht, yang duet dengannya beri 30 poin gabungan lawan Warriors. Bagi Vincent, ini awal baru—ia bilang “senang banget bisa kontribusi lagi, ini musim di mana Lakers balik juara”.
Kesimpulan
Gabe Vincent punya alasan besar untuk senang: pramusim 2025 jadi panggung comeback-nya yang spektakuler, dari ledakan 22 poin lawan Mavericks hingga pulih total dari cedera panjang. Ini tak cuma soal poin, tapi rasa percaya diri dan kontribusi tim yang bikin ia merasa hidup lagi di NBA. Lakers untung besar dengan ia kembali tajam, dan Redick punya alat baru untuk rotasi. Di usia 29, Vincent bukti ketangguhan—dari pahlawan final ke pemain bayangan, kini kembali bersinar. Musim reguler mulai, dan dunia tunggu apakah ia lanjut on fire atau jadi pilar utama. Satu hal pasti: Vincent siap, dan Lakers lebih kuat dengannya.