Alasan Phil Jackson Keluar dari Knicks Adalah Carmelo Anthony? Di tengah hiruk-pikuk NBA musim 2025/26, sebuah pengakuan lama tapi segar kembali mencuri perhatian: Phil Jackson, legenda enam kali juara NBA, akui konflik dengan Carmelo Anthony jadi alasan utama ia tinggalkan posisi presiden operasi basket New York Knicks pada 2017. Pengakuan ini muncul dalam wawancara terkini pasca-rilis buku memoir Jackson akhir Oktober lalu, di mana ia sebut hubungan dengan Anthony “tak bisa diperbaiki” dan jadi puncak kegagalan masa jabatannya. Saat itu, Knicks lagi krisis identitas, dan Jackson—dikenal sebagai “Zen Master” dari era Chicago Bulls dan Los Angeles Lakers—harap bawa filosofi triangle offense ke Madison Square Garden. Tapi, bentrokan ego dengan Anthony, bintang tim saat itu, bikin semuanya runtuh. Kini, delapan tahun kemudian, cerita ini relevan lagi: Knicks lagi on fire di peringkat atas Timur, tapi bayang masa lalu Jackson ingatkan betapa rapuhnya dinamika manajemen bintang besar. Bagi penggemar Knicks, ini nostalgia pahit—dan pelajaran buat era sekarang. REVIEW FILM
Konflik Gaya Bermain yang Jadi Akar Masalah: Alasan Phil Jackson Keluar dari Knicks Adalah Carmelo Anthony?
Hubungan Jackson dan Anthony retak sejak hari pertama Jackson gabung Knicks pada 2014. Jackson, dengan 11 cincin juara sebagai pelatih, punya visi jelas: terapkan triangle offense, sistem bola yang ia sukseskan bareng Michael Jordan dan Kobe Bryant. Sistem ini tekankan alur bola, spacing, dan kontribusi tim—bukan isolasi individu. Tapi Anthony, scorer ulung dengan rata-rata 25 poin per laga saat itu, lebih suka gaya iso-heavy: ambil bola, ciptakan ruang sendiri, dan tembak dari mana saja. “Dia ingin jadi top scorer, bukan bagian dari tim,” tulis Jackson dalam bukunya, soroti momen latihan di mana Anthony tolak drill triangle dan minta lebih banyak pick-and-roll.
Konflik ini tak cuma internal; terlihat di lapangan. Musim 2014/15, Knicks finis 17-65, terburuk timur—Anthony main 69 laga tapi tim kebobolan 110 poin rata-rata karena kurang disiplin defensif. Jackson coba ubah skuad: trade pemain seperti Tyson Chandler, tapi Anthony tolak perubahan, sebut itu “tak cocok dengan gaya saya.” Ini bukan sekadar beda pendapat; itu bentrokan filosofi. Jackson lihat Anthony sebagai “beban ego,” sementara Anthony rasakan Jackson kurang hormati pengalamannya sebagai all-star 10 kali. Delapan tahun kemudian, Jackson akui di wawancara: “Saya pikir bisa ubah dia seperti Jordan, tapi Melo punya karir sendiri.” Akar ini bikin Knicks stuck di rebuild, dengan rekor 80-186 selama Jackson jabat—bukti visi tak selaras hancurkan tim.
Kritik Publik Jackson yang Tambah Bensin ke Api: Alasan Phil Jackson Keluar dari Knicks Adalah Carmelo Anthony?
Jackson tak pernah pelit kata-kata pedas, dan itu jadi pemicu utama retaknya hubungan. Pada 2015, ia tweet kritik Anthony soal “sistem isolasi” yang bikin Knicks lemah, langsung viral dan bikin Anthony marah. “Itu tak profesional,” jawab Anthony saat itu, tapi Jackson tak berhenti. Di konferensi pers 2016, ia sebut Anthony “bukan pemimpin tim,” soroti kurangnya passing vision—Anthony respon dengan bilang Jackson “tak paham era modern.” Kritik ini publik, dan media New York makan mentah-mentah: headline soal “Zen Master vs Melo” dominasi tabloid selama berbulan-bulan.
Puncaknya 2017: Jackson usul trade Anthony ke tim seperti Portland atau Cleveland, tapi pemilik Knicks James Dolan tolak buyout kontraknya yang tembus 25 juta dolar per tahun. Anthony, dengan no-trade clause, pegang kendali—ia tolak pindah kecuali ke contender. Jackson rasakan dikhianati; ia bilang di buku barunya, “Saya dorong trade untuk selamatkan tim, tapi ego Melo dan keputusan Dolan bikin saya tak punya pilihan.” Ini bukan cuma ribut pribadi; itu rusak locker room. Pemain seperti Kristaps Porzingis, yang Jackson incar sebagai penerus, rasakan ketegangan dan minta trade akhirnya. Kritik publik Jackson, meski jujur, justru percepat akhir: ia tinggalkan Knicks Juni 2017, hanya tiga bulan setelah Anthony akhirnya waive clause dan pindah ke Oklahoma City.
Dampak Keluar Jackson dan Pelajaran untuk NBA Modern
Keluarnya Jackson tinggalkan Knicks dalam kekacauan: musim 2017/18 finis 29-53, dan butuh bertahun-tahun rebuild baru bangkit di era Tom Thibodeau. Anthony, di sisi lain, main dua musim di OKC dengan rata-rata 16 poin, tapi tak raih playoff deep run—karirnya pudar setelah itu, pensiun 2023 dengan delapan all-star nod tapi nol cincin juara. Jackson, pasca-Knicks, mundur dari sorotan, fokus meditasi dan tulis buku—pengakuan barunya ini jadi penutup babak pahit, di mana ia akui “gagal adaptasi dengan bintang egois.”
Dampaknya luas: cerita ini jadi pelajaran NBA soal manajemen bintang. Klub seperti Lakers sukses gabung ego LeBron dengan visi pelatih, sementara Knicks ulang kesalahan serupa dengan Porzingis dulu. Kini, Knicks lagi solid dengan Jalen Brunson sebagai pemimpin tim-oriented, mirip visi Jackson tapi tanpa drama. Pengakuan ini juga angkat diskusi: apakah Jackson terlalu keras, atau Anthony terlalu kaku? Bagi fans Knicks, ini nostalgia—tapi juga harap: masa lalu tak ulang di era sekarang yang lebih kolaboratif.
Kesimpulan
Pengakuan Phil Jackson soal Carmelo Anthony sebagai alasan keluar dari Knicks ungkap luka lama yang masih relevan delapan tahun kemudian. Dari konflik gaya bermain yang tak selaras, kritik publik yang memanaskan, hingga dampak hancurnya rebuild, cerita ini tunjukkan betapa rapuhnya dinamika ego di NBA. Jackson tak menyesal visi triangle-nya, tapi akui kegagalan adaptasi—sementara Anthony wakili era scorer individu yang kini bergeser ke tim play. Bagi Knicks yang lagi bangkit, ini pengingat: sukses butuh harmoni, bukan bentrokan. Penggemar Madison Square Garden harap era baru Thibodeau tak ulang sejarah—karena di NBA, masa lalu bisa jadi guru terbaik, asal tak jadi bayang.