Damian Lillard Musim lalu menjadi salah satu periode tersulit dalam karier Damian Lillard. Setelah meninggalkan Portland Trail Blazers dan bergabung dengan Milwaukee Bucks, banyak pihak berharap kehadirannya akan membuat tim itu semakin dominan di Wilayah Timur. Namun kenyataannya jauh dari ekspektasi. Kini, memasuki musim baru, Lillard menegaskan dirinya sudah siap bangkit dan membuktikan bahwa dia masih salah satu guard paling berbahaya di NBA.
Perjalanan Sulit di Musim Pertama Bersama Bucks
Kedatangan Damian Lillard ke Milwaukee sempat dianggap sebagai langkah besar menuju era baru bagi tim yang sudah memiliki Giannis Antetokounmpo. Kombinasi dua bintang All-Star itu diharapkan bisa menghadirkan kekuatan ofensif yang menakutkan. Sayangnya, performa mereka tidak konsisten sepanjang musim.
Cedera, perubahan pelatih, dan penyesuaian gaya bermain membuat Lillard tidak tampil maksimal. Ia mencatatkan rata-rata 24 poin dan 7 assist per gim — angka yang sebenarnya cukup baik, tapi masih di bawah standar produktivitasnya di Portland. Lebih buruk lagi, Bucks gagal melangkah jauh di babak playoff setelah tersingkir lebih cepat dari perkiraan.
Dalam beberapa kesempatan, Lillard mengakui bahwa adaptasi dengan sistem baru bukan hal mudah. Ia harus menyesuaikan diri dengan peran berbeda, di mana bola tidak selalu berada di tangannya. Hal itu membuat ritme permainannya sedikit terganggu, terutama dalam pengambilan keputusan di saat-saat krusial.
Fokus pada Perubahan Gaya Bermain dan Kedisiplinan Damian Lillard
Memasuki musim baru, Lillard mengatakan bahwa fokus utamanya adalah memperbaiki kondisi fisik dan menyesuaikan kembali gaya bermain agar lebih sinkron dengan Giannis dan rekan setim lainnya. Ia diketahui berlatih intensif selama offseason, menekankan pada peningkatan daya tahan dan akurasi tembakan tiga poin dalam situasi off-ball.
Pelatih baru Bucks juga dikabarkan memberi kebebasan lebih kepada Lillard untuk mengatur tempo permainan. Strategi tersebut diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan dirinya dan menghadirkan kembali versi terbaik “Dame Time” yang terkenal mematikan di kuarter keempat.
Rekan-rekan satu tim juga menyambut positif perubahan sikap Lillard di sesi latihan. Beberapa pemain muda bahkan menyebutkan bahwa sang veteran kini lebih vokal dan mengambil peran kepemimpinan lebih besar, terutama dalam membangun mentalitas kompetitif di ruang ganti. berita terkini
Persaingan Ketat di Wilayah Timur
Meski bertekad bangkit, jalan Bucks tidak akan mudah. Persaingan di Wilayah Timur semakin sengit dengan adanya peningkatan performa tim-tim seperti Boston Celtics, New York Knicks, dan Philadelphia 76ers. Setiap pertandingan besar akan menjadi ujian bagi kombinasi Lillard dan Giannis untuk membuktikan bahwa mereka bisa menjadi duet paling berbahaya di liga.
Selain itu, faktor kedalaman skuad juga akan sangat menentukan. Milwaukee perlu memastikan bahwa rotasi pemain pendukung berjalan efektif agar beban dua bintang utama tidak terlalu berat. Lillard sendiri menegaskan bahwa keberhasilan sebuah tim tidak hanya bergantung pada satu atau dua pemain, tetapi pada bagaimana semua elemen berfungsi secara kolektif.
Bagi Lillard, musim baru ini bukan hanya tentang mencari gelar, tetapi juga pembuktian pribadi. Ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa keputusan meninggalkan Portland bukan kesalahan, melainkan langkah menuju puncak karier yang belum sempat diraih.
Kesimpulan
Damian Lillard memasuki musim 2025-2026 dengan motivasi besar untuk bangkit dari masa sulit. Setelah melalui proses adaptasi yang tidak mudah, kini ia datang dengan semangat baru, strategi permainan yang lebih matang, dan tekad untuk membawa Milwaukee Bucks kembali menjadi kekuatan utama di NBA. Musim ini bisa menjadi momen kebangkitan Lillard — sekaligus jawaban atas semua keraguan yang sempat muncul tentang masa depannya di liga.
berita bola basket lainnya