Momen Tak Terlupakan SGA Saat Melawan Rockets. Malam pembuka musim NBA 2025/26 di Paycom Center berubah jadi simfoni drama saat Oklahoma City Thunder rebut kemenangan tipis 125-124 atas Houston Rockets lewat double overtime pada 21 Oktober. Di tengah hiruk-pikuk seremoni cincin juara dan sorak fans, Shai Gilgeous-Alexander (SGA) muncul sebagai pahlawan utama dengan 35 poin—24 di antaranya lahir di quarter keempat plus dua perpanjangan waktu. Pertandingan ini bukan sekadar laga; ia jadi instant classic yang penuh twist, dari start lambat SGA hingga ledakan akhir yang bikin Rockets tak berkutik. Pelatih Thunder, Mark Daigneault, sebut ini “malam yang tak terlupakan”, sementara SGA sendiri bilang pasca-laga, “Kami bertarung seperti tim juara.” Dengan Thunder bertahan gelar musim lalu, momen-momen SGA ini tak hanya amankan poin pertama, tapi juga nyalakan api ambisi baru. Di usia 27 tahun, SGA bukti dirinya bukan lagi rising star, tapi guard elite yang bisa angkat tim di saat genting—sebuah cerita yang langsung tren di kalangan pengamat dan fans. INFO CASINO
Ledakan SGA Setelah Start Lambat: Momen Tak Terlupakan SGA Saat Melawan Rockets
Awal laga jadi ujian bagi SGA, yang tampil lesu dengan cuma enam poin di tiga quarter pertama—terburuknya sejak playoff 2023. Thunder tertinggal 12 poin di paruh pertama, di mana Rockets kuasai tempo lewat transisi cepat Alperen Şengün dan Jalen Green. Tapi saat peluit quarter keempat berbunyi, SGA seperti ganti gigi: ia cetak 18 poin dalam 12 menit, termasuk tiga triple berturut-turut yang paksa timeout Ime Udoka. Umpan no-look ke Chet Holmgren untuk alley-oop sundulan, lalu pull-up jumper dari 28 kaki yang lenyap di jaring—semua jadi senjata. Statistiknya mengerikan: 7-dari-9 tembakan lapangan, plus lima assist tanpa turnover. Ini bukan kebetulan; SGA manfaatkan pick-and-roll dengan Holmgren, ciptakan mismatch yang Rockets tak bisa tangani. Pengamat soroti adaptasinya: setelah istirahat, ia geser fokus dari isolasi ke drive-and-kick, tingkatkan efisiensi tim jadi 60 persen dari lapangan di babak akhir. Ledakan ini balikkan defisit 10 poin jadi unggul delapan, bawa laga ke overtime. Bagi Thunder, yang musim lalu andalkan SGA untuk 30 poin rata-rata, momen ini ingatkan betapa ia pondasi serangan—terutama saat lawan tekan defensif seperti Rockets yang blok 12 tembakan malam itu.
Drama di Overtime: Blok, Comeback, dan Kemenangan: Momen Tak Terlupakan SGA Saat Melawan Rockets
Overtime pertama jadi puncak ketegangan, di mana SGA ambil risiko besar. Dengan 2,3 detik tersisa dan Thunder unggul satu, ia pull-up untuk game-winner dari baseline—tapi Tari Eason lompat seperti pegas, blok bola itu ke tribun. Sorak Anfield—eh, Paycom Center—bergemuruh untuk Rockets, yang paksa OT kedua. SGA tak goyah; ia bilang nanti, “Blok itu bikin saya lapar lagi.” Di perpanjangan kedua, ia balas dendam: mulai dengan and-one drive melewati Fred VanVleet, lalu steal dari Şengün yang berujung fast-break layup. Total di dua OT, SGA tambah enam poin, termasuk free throw krusial di detik terakhir yang amankan skor akhir. Thunder unggul rebound 52-45, tapi SGA yang ciptakan 14 peluang kedua lewat hustle plays—ia lari 3,2 km lebih dari rata-rata guard. Rockets hampir comeback berkat triple Green di menit ke-4 OT, tapi SGA jawab dengan switch defensif yang paksa miss. Ini momen clutch-nya: rating plus-minus +15, tertinggi tim. Pengamat bandingkan dengan Kobe di final 2009—bukan hyperbola, karena SGA tak cuma skor, tapi pimpin dengan 42 menit main tanpa fatigue. Drama ini bikin laga ini disebut “best opener in years”, dengan rating TV tertinggi sejak 2022.
Reaksi Tim dan Dampak Jangka Panjang
Pasca-laga, ruang ganti Thunder penuh euforia. Holmgren, yang tambah 22 poin 12 rebound, peluk SGA: “Kamu bawa kami pulang malam ini.” Daigneault soroti mentalitas: “SGA ajari kami bahwa start lambat bukan akhir.” Di sisi Rockets, Udoka akui, “Ia terlalu bagus di clutch; kami hampir punya, tapi dia ubah segalanya.” SGA, MVP runner-up musim lalu, kini favorit utama untuk gelar itu—dengan 35 poin malam ini, ia capai 1.000 poin playoff karier lebih cepat dari LeBron. Dampaknya? Thunder, yang finis runner-up Barat musim lalu, mulai musim dengan pernyataan: pertahanan mereka tahan Rockets di bawah 50 persen tembakan, sementara serangan fluid ala SGA janji 60 kemenangan lagi. Bagi Rockets, yang bangun roster muda, kekalahan ini pelajaran pahit—mereka unggul assist 28-22, tapi turnover 18 bikin harga diri. SGA sendiri refleksif: “Ini tim win, bukan saya sendirian.” Momen ini juga angkat profil Thunder di Barat kompetitif, di mana Nuggets dan Timberwolves mengintai. Ke depan, jadwal lawan Lakers pekan depan jadi ujian lanjutan—tapi malam melawan Rockets sudah tanam benih keyakinan.
Kesimpulan
Momen tak terlupakan Shai Gilgeous-Alexander saat lawan Rockets adalah campuran ledakan, drama, dan ketangguhan yang definisikan bintang sejati. Dari start lambat ke dominasi quarter akhir, blok OT yang bikin jantung berhenti, hingga kemenangan double OT, SGA bukti mengapa ia jantung Thunder. Ini bukan cuma kemenangan pembuka; ini fondasi untuk perburuan gelar kedua berturut-turut. Di musim yang panjang, cerita seperti ini yang bikin NBA hidup—penuh kejutan dan heroik individu. Thunder siap lanjutkan, dan SGA, dengan senyum tenangnya, janji lebih banyak babak epik. Fans sudah tak sabar; musim 2025/26 baru dimulai, tapi malam 21 Oktober sudah abadi.